CERITA LEGENDA GOA-GOA DI DESA HARIANG, SOBANG.

CERITA LEGENDA GOA-GOA DI DESA HARIANG, SOBANG
Desa Hariang, secara administratif terletak di kecamatan Sobang Kabupaten Lebak Provinsi Banten. Di sini terdapat beberapa potensi pariwisata yang diantaranya; Air terjun (Curug), Sungai deras yang bisa dijadikan arung jeram, tebing-tebing tinggi untuk dijadikan tempat panjat tebing, Goa, bahkan terdapat pula Kawah air panas yang sampai saat ini belum sempat kami kunjungi.
Berbicara tentang goa di Desa Harinag terdapat banyak sekali goa, beberapa diantaranya yang sempat kami kunjungi adalah goa sangiang, goa tangkil, dan goa picung. Bahkan Desa Hariang mungkin layak disebut sebagai negeri seribu goa. Selain itu, goa-goa tersebut memiliki lebih dari satu nama sebagai contoh goa sangian, penduduk sekitar ada pula yang menyebutnya goa gede (dalam bahasa Indonesia berarti Goa Besar) dikarenakan yang mereka ketahu bahwa goa tersebut lah yang paling besar, tetapi mungkin masih ada goa yang lebih besar dari goa tersebut yang sama sekali belum pernah mereka kunjungi.
Tidak terlepas dari cerita rakyat atau bahkan mungkin sejarah, tentunya disini juga memiliki beberapa cerita yang unik dan menarik dari beberapa sesepuh atau orang tua di Hariang. Menurut nara sumber yang memaparkan tentang kisah Goa sangiang dan Goa Karma yaitu Sekretaris Camat Sobang Bpk. Ahyani, beliau baru menceritakan sebagian saja yang didapatkan dari nara sumber lain yang sayang sekali tidak disebutkan namanya.
1. Goa Sangiang
Menurut cerita legenda, kenapa Goa tersebut dinamakan Goa sangiang ? Konon pada zaman dahulu kala bahwa goa tersebut merupakan tempat Tapa/Riadoh seorang Ulama besar bernama Sangiang Gamparan. Daerah dimana goa tersebut berada juga dinamakan bukit batu ngampar pada waktu itu yang dilindungi dan diakui oleh Kuwu (sekarang kepala desa) atau sesepuh yang bernama Olot Suha. Pada waktu itu keduanya memiliki hubungan yang baik sebagai seorang Ulama dan Umaro (Pemimpin).
Di dalam goa sangiang terdapat dua sumber mata air. Satu mata air biasa digunakan untuk mandi dan wudhu dan satunya lagi biasa beliau gunakan untuk minum. Bahkan sampai saat ini masih digunakan oleh beberapa orang yang melakukan ritul-ritual khusus agar maksud dan tujuan mereka tercapai. Mata air yang biasa digunakan untuk minum disebut Cikahuripan (Air Kehidupan) atau orang sekitar dan bahkan cuncen (juru Kunci) goa tersebut (Bapak Ahari) menyebutnya sebagai cizamzam (Air Zamzam) dan biasanya dikaitkan dengan air zamzam yang ada di Tanah Suci (Saudi Arabia).
Selain terdapat dua sumber mata air, menurut cerita nara sumber yang kami dapatkan bahwa di goa tersebut juga terdapat sebuah Kitab yang tebalnya kira-kira setebal Al-Quran dan terbuat dari kulit mencek (Kijang) kitab tersebut dinamakan Kitab Sakahayang (Semaunya). Disebut Kitab Sakahayang, menurut cerita legenda katanya jika kita kita dapat mempelajari Kitab tersebut segala hal yang kita inginkan akan terwujud, maka tidak heran sampai saat ini pun goa tersebut dijadikan tempat ritul orang-orang tertentu yang memiliki maksud dan tujuan. Kemudian di 7 (tujuh) lembar terakhir dari kitab ini terdapat beberapa gambar jurus yang disebut Ilmu Halilintar,. Selain gambar jurus, terdapat pula teks sebagi Mantra dari ilmu tadi. Konon kitab tersebut masih ada sampai saat ini, dan kemungkinan hanya dapat ditemukan oelh orang-orang tertentu.
Berbicara tentang goa di Desa Harinag terdapat banyak sekali goa, beberapa diantaranya yang sempat kami kunjungi adalah goa sangiang, goa tangkil, dan goa picung. Bahkan Desa Hariang mungkin layak disebut sebagai negeri seribu goa. Selain itu, goa-goa tersebut memiliki lebih dari satu nama sebagai contoh goa sangian, penduduk sekitar ada pula yang menyebutnya goa gede (dalam bahasa Indonesia berarti Goa Besar) dikarenakan yang mereka ketahu bahwa goa tersebut lah yang paling besar, tetapi mungkin masih ada goa yang lebih besar dari goa tersebut yang sama sekali belum pernah mereka kunjungi.
Tidak terlepas dari cerita rakyat atau bahkan mungkin sejarah, tentunya disini juga memiliki beberapa cerita yang unik dan menarik dari beberapa sesepuh atau orang tua di Hariang. Menurut nara sumber yang memaparkan tentang kisah Goa sangiang dan Goa Karma yaitu Sekretaris Camat Sobang Bpk. Ahyani, beliau baru menceritakan sebagian saja yang didapatkan dari nara sumber lain yang sayang sekali tidak disebutkan namanya.
1. Goa Sangiang
Menurut cerita legenda, kenapa Goa tersebut dinamakan Goa sangiang ? Konon pada zaman dahulu kala bahwa goa tersebut merupakan tempat Tapa/Riadoh seorang Ulama besar bernama Sangiang Gamparan. Daerah dimana goa tersebut berada juga dinamakan bukit batu ngampar pada waktu itu yang dilindungi dan diakui oleh Kuwu (sekarang kepala desa) atau sesepuh yang bernama Olot Suha. Pada waktu itu keduanya memiliki hubungan yang baik sebagai seorang Ulama dan Umaro (Pemimpin).
Di dalam goa sangiang terdapat dua sumber mata air. Satu mata air biasa digunakan untuk mandi dan wudhu dan satunya lagi biasa beliau gunakan untuk minum. Bahkan sampai saat ini masih digunakan oleh beberapa orang yang melakukan ritul-ritual khusus agar maksud dan tujuan mereka tercapai. Mata air yang biasa digunakan untuk minum disebut Cikahuripan (Air Kehidupan) atau orang sekitar dan bahkan cuncen (juru Kunci) goa tersebut (Bapak Ahari) menyebutnya sebagai cizamzam (Air Zamzam) dan biasanya dikaitkan dengan air zamzam yang ada di Tanah Suci (Saudi Arabia).
Selain terdapat dua sumber mata air, menurut cerita nara sumber yang kami dapatkan bahwa di goa tersebut juga terdapat sebuah Kitab yang tebalnya kira-kira setebal Al-Quran dan terbuat dari kulit mencek (Kijang) kitab tersebut dinamakan Kitab Sakahayang (Semaunya). Disebut Kitab Sakahayang, menurut cerita legenda katanya jika kita kita dapat mempelajari Kitab tersebut segala hal yang kita inginkan akan terwujud, maka tidak heran sampai saat ini pun goa tersebut dijadikan tempat ritul orang-orang tertentu yang memiliki maksud dan tujuan. Kemudian di 7 (tujuh) lembar terakhir dari kitab ini terdapat beberapa gambar jurus yang disebut Ilmu Halilintar,. Selain gambar jurus, terdapat pula teks sebagi Mantra dari ilmu tadi. Konon kitab tersebut masih ada sampai saat ini, dan kemungkinan hanya dapat ditemukan oelh orang-orang tertentu.
Konon bahwa KI Sangiang Gamparan memiliki sebuah kendaraan se-ekor ular Naga Darma, yang keduanya yaitu Ular Naga Darma dan KI Sangiang Gamparan sendiri merupakan Asuhan atau murid dari Eang Surya Kencana dari Gunung Kendeng. Selain goa sangiang ternyata ada satu goa yang sampai saat ini tidak pernah sampai di ujung goa tersebut yang disebut goa panjang. Menurut keterangan dari Bapak guru yaitu suami dari ibu lurah hariang, (ibu nani ristiani). Bahwa sama halnya dengan Goa Panjang yang ada di hariang, ternyata menurut cerita dari orang suku Baduy di daerah gunung kendeng pun terdapat sebuah Goa yang juga tidak memiliki ujung dari goa tersebut.
Jika ditarik kesimpulan dari dua cerita dengan tempat yang berbeda bahwa pertama, Ki Sangiang Gamparan dan se-ekor Naga Darma yang merupakan kendaraan KI Sangiang Gamparan keduanya adalah asuhan dari Eang Surya Kencana (gunung kendeng). Kemudian, kedua, Suku Baduy sendiri terletak di kaki gunung kendeng. Lalu tidak menutup kemungkinan jika kedua goa yang tidak memiliki ujung berkaitan atau bisa jadi terhubung diantara keduanya mungkin saja itu sebuah akses jalan penghubung antara Ki Sangiang Gamparan dan Eang Surya Kencana.
3. Goa Karma/Goa Herit (angker)/Goa Larangan
Ki Sangiang Gamparan tidak hanya memiliki kendaraan Se-ekor ular naga saja, tetapi beliau juga mempunyai seorang murid yang sampai saat ini tidak seorang pun mengetahui namanya. Yang jelas, bahwa si murid tersebut berasal dari Priangan. Pada ujian terakhir sang murid diperintahkan untuk melaksanakan Tapa/Riadoh di sebuah Goa lain yang terpisah selama satu tahun seperi yang dilaksanakan Ki Sangiang Gamparan. Goa tersebut sekarang disebut oleh masyarakat sekitar sebagai goa herit (Goa Angker) ada pula yang menyebutnya goa karma dan atau goa larangan.
Dinamakan Goa Laranga karena warga sekitar tidak ada yang berani masuk goa itu, bahkan sangat dilarang oleh sang juru kunci. Sedangkan disebut juga goa karma karena menurut cerita legenda ketika si murid tersebut sedang bertapa selama hampir 7 (tujuh) bulan lamanya pada saat itu Ki Sangiang Gamparan mengetahui bahwa muridnya tidak akan sanggup meneruskan tapanya selama satu tahun lantas beliau akhirnya menemui si murid tersebut dan memberi tahu supaya tidak melanjutkan bertapa. Tetapi murid tersebut memaksakan diri untuk tetap bertahan di pertapaannya yang pada akhirnya meningggal dunia kemudian menghilang. Dari legenda tersebut dikatakan bahwa setelah meninggal dunia sang murid berubah menjadi ular hitam yang bisa berubah menjadi tongkat.
Menurut beberapa nara sumber bila kita masuk ke dalam goa karma atau goa herit/ goa larangan tersebut maka sangat sulit untuk keluar dan selalu kembali ketempat semula (hanya berputa-putar di satu titik). Bahkan kemungkinan bisa jadi kita tidak akan pernah dapat keluar dari goa itu. Dikarenakan sang murid yang meninggal dunia dan menghilang itu konon balas dendam kepada siapa saja yang memasuki goa tersebut atau memberikan karma tidak dapat keluar dari dalam goa seperti dirinya.
Itulah diantaranya sebuah cerita legenda tantang beberapa Goa yang ada di sekitar Desa Hariang Kecamatan Sobang Kabupaten Lebak Banten. Entah itu merupakan sejarah yang benar adanya atau hanya sebuah legenda cerita rakyat dari suatu daerah, yang diceritakan turun temurun dari seorang tertua kepada anak cucunya. Wallahualam Bi Sowab. Hanya yang maha kuasa yang mengetahuinya sebab kita tidak pernah hidup di zaman itu. Semoga cerita ini bisa menjadikan sebuah pegangan bagi siapapun yang hendak berkunjung ke Goa-goa di sekitaran Desa Hariang.
ONE THOUGHT ON “CERITA LEGENDA GOA-GOA DI DESA HARIANG, SOBANG.”
Jika ditarik kesimpulan dari dua cerita dengan tempat yang berbeda bahwa pertama, Ki Sangiang Gamparan dan se-ekor Naga Darma yang merupakan kendaraan KI Sangiang Gamparan keduanya adalah asuhan dari Eang Surya Kencana (gunung kendeng). Kemudian, kedua, Suku Baduy sendiri terletak di kaki gunung kendeng. Lalu tidak menutup kemungkinan jika kedua goa yang tidak memiliki ujung berkaitan atau bisa jadi terhubung diantara keduanya mungkin saja itu sebuah akses jalan penghubung antara Ki Sangiang Gamparan dan Eang Surya Kencana.
3. Goa Karma/Goa Herit (angker)/Goa Larangan
Ki Sangiang Gamparan tidak hanya memiliki kendaraan Se-ekor ular naga saja, tetapi beliau juga mempunyai seorang murid yang sampai saat ini tidak seorang pun mengetahui namanya. Yang jelas, bahwa si murid tersebut berasal dari Priangan. Pada ujian terakhir sang murid diperintahkan untuk melaksanakan Tapa/Riadoh di sebuah Goa lain yang terpisah selama satu tahun seperi yang dilaksanakan Ki Sangiang Gamparan. Goa tersebut sekarang disebut oleh masyarakat sekitar sebagai goa herit (Goa Angker) ada pula yang menyebutnya goa karma dan atau goa larangan.
Dinamakan Goa Laranga karena warga sekitar tidak ada yang berani masuk goa itu, bahkan sangat dilarang oleh sang juru kunci. Sedangkan disebut juga goa karma karena menurut cerita legenda ketika si murid tersebut sedang bertapa selama hampir 7 (tujuh) bulan lamanya pada saat itu Ki Sangiang Gamparan mengetahui bahwa muridnya tidak akan sanggup meneruskan tapanya selama satu tahun lantas beliau akhirnya menemui si murid tersebut dan memberi tahu supaya tidak melanjutkan bertapa. Tetapi murid tersebut memaksakan diri untuk tetap bertahan di pertapaannya yang pada akhirnya meningggal dunia kemudian menghilang. Dari legenda tersebut dikatakan bahwa setelah meninggal dunia sang murid berubah menjadi ular hitam yang bisa berubah menjadi tongkat.
Menurut beberapa nara sumber bila kita masuk ke dalam goa karma atau goa herit/ goa larangan tersebut maka sangat sulit untuk keluar dan selalu kembali ketempat semula (hanya berputa-putar di satu titik). Bahkan kemungkinan bisa jadi kita tidak akan pernah dapat keluar dari goa itu. Dikarenakan sang murid yang meninggal dunia dan menghilang itu konon balas dendam kepada siapa saja yang memasuki goa tersebut atau memberikan karma tidak dapat keluar dari dalam goa seperti dirinya.
Itulah diantaranya sebuah cerita legenda tantang beberapa Goa yang ada di sekitar Desa Hariang Kecamatan Sobang Kabupaten Lebak Banten. Entah itu merupakan sejarah yang benar adanya atau hanya sebuah legenda cerita rakyat dari suatu daerah, yang diceritakan turun temurun dari seorang tertua kepada anak cucunya. Wallahualam Bi Sowab. Hanya yang maha kuasa yang mengetahuinya sebab kita tidak pernah hidup di zaman itu. Semoga cerita ini bisa menjadikan sebuah pegangan bagi siapapun yang hendak berkunjung ke Goa-goa di sekitaran Desa Hariang.
ONE THOUGHT ON “CERITA LEGENDA GOA-GOA DI DESA HARIANG, SOBANG.”
sy terima kasih atas info asal usul GOA SANGIANG,dan sejujurnya sy tdk mengetahui sebelumnya asal usul goa tersebut padahal sy tinggal di desa tsbt....
BalasHapus